(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Ar-Ra’du)
Tasawuf
dalam dunia Islam sudah tidak asing terdengar di setiap telinga pemeluknya,
dari kajian perkuliahan sampai di masyarakat umum. Banyak riwayat yang
dijadikan klaim bahwa tasawuf memang sudah ada semenjak masa Rasullullah Saw.
Hal ini dapat ditemukan pada referensi-referensi klasik maupun modern yang
mengangkat tema tasawuf.
Para
ulama dalam mendefinisikan tasawuf mempunyai pandangan yang berbeda. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan
“tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan
dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk dan
mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah
menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan larangan-Nya menuju kepada
perintah-Nya”[1].
Sedangkan imam Al-Ghazali mempunyai definisi; “tasawuf adalah budi
pekerti; barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia
memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima
(perintah) untuk beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan nur
(petunjuk) Islam. Dan ahli zuhud yang jiwanya menerima (perintah) untuk
melakukan beberapa akhlak (terpuji), karena mereka telah melakukan suluk dengan
nur (petunjuk) imannya”[2]
Ajaran
Tasawuf merupakan nilai-nilai universal yang terdapat dalam setiap diri manusia.
Dari ulama terdahulu sampai sekarang tasawuf masih tetap mempunyai tempat dalam
pemeluk agama Islam sehingga belakangan ini tasawuf banyak terdapat di
kota-kota besar kemudian hadir dengan nama tasawuf modern. Ada pula yang mendefinisikan
bahwa tasawuf mencari kebenaran hakiki dengan cara meninggalkan kesenangan
dunia, pendapat ini dikeluarkan oleh Ma’ruf al-Karakhy. Ditambahkan lagi oleh
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy bahwa tujuan tasawuf akan bisa dicapai dengan
ilmu syari’ah, ilmu thariqah, ilmu haqiqah, dan ilmu ma’rifat.
Semua
itu (dari syari’ah sampai ma’rifat) merupakan bagian dari taraf keislaman
seseorang sejauh mana keberimanannya pada Allah SWT. Jadi, perkara yang paling penting dalam Islam adalah
perkara iman. Semenjak al-Qur’an diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw., dari
ayat pertama sampai lengkap 30 (tiga puluh) bagian (juzu’) mempunyai pesan agar
manusia beriman kepada Allah SWT. Begitu pula dengan hadits yang telah berhasil
dikumpulkan oleh para muhadditsin, pesannya menjelaskan kandungan pesan
al-Qur’an. Hari ini pun pesan yang terus
disampaikan oleh para ulama tidak mengalami perubahan baik di timur maupun di
barat seruannya hanya supaya manusia beriman, menyeru kepada kebaikan dan
menegah dari yang munkar[3].
Namun semakin terlewatkan waktu dari awal
penyampaian perkara iman tersebut sampai hari ini mengalami degradasi, semakin
menurun sangat jauh dari generasi pertama, kedua, ketiga seakan-akan menurun
tanpa ada pertahanan dari generasi ke generasi. orang beriman dalam menjalani
hidupnya keseharian menggambarkan perbandingan sampai sejauh mana kualitas iman
yang dimiliki oleh masing-masing personal. Ukuran yang dipakai ialah garis
lurus yang telah digariskan oleh para rasul dan dicontohkan dalam tindakan
keseharian yang mewujudkan peradaban yang belum tertandingi sampai hari ini.
Indonesia umumnya dan NTB khususnya terdapat banyak
kiyai dan tuan guru yang bergerak sebagai muballigh mengajak semua ummat kepada
kebaikan tetapi Indonesia bila dibandingkan Negara-negara yang sedikit uumat
Islam di dalamnya peradabannya lebih rapi, NTB yang terkenal dengan seribu
masjid seribu tuan guru dalam kacamata peradaban jauh tertinggal dari daerah
lain yang tidak banyak memiliki simbol-simbol Islam seperti itu.
Ummat Islam yang sedang terkotak-kotak lantaran
perdebatan antar mazhab dan golongan baik yang murni disebabkan oleh
kepentingan membela pemahaman fiqhiyah atau karena kepentingan politik
kekuasaan sudah saatnya bertemu pada titik persamaan supaya bisa saling
bergandengan sesama saudara muslim. Tedapat banyak tugas bersama yang perlu
diperhatikan bagaimana mengatasinya. Tugas yang paling krusial untuk masa ini
adalah masalah “moral”. Kalau coba direkam pemberitaan di media massa melalui
elektronik atau cetak selama seminggu saja mungkin akan mencapai angka puluhan
kejadian amoral yang berhasil diketahui pihak media sedangkan yang belum
terungkap lebih banyak dan lebih besar.
Fenomena
saat ini persis seperti apa yang telah tertera dalam al-Qur’an bahwa kebanyakan
manusia sedang di idap oleh penyakit disorientasi kehidupan. Praktek kehidupan
yang diterapkan manusia sebagaimana praktek makhluk Alloh lainnya yang tidak
diberikan petunjuk untuk menjalani kehidupan. Akibatnya, manusia sendiri yang
menerima konsekwensi dari apa yang telah mereka terapkan. Patologi individu
sudah sampai pada ranah sosial yang seolah-olah tidak bisa dihentikan dengan
cara apapun. Di setiap sistem yang ada sepertinya nilai-nilai luhur hanya
terdapat dalam teks dan wacana tetapi nihil dalam tindakan.
Harus
ada segolongan dari ummat Islam yang peka terhadap keadaan ummat sekarang ini
kemudian mengajak yang lainnya supaya kembali berpegang pada kalimah yang
mempersatukan semua ummat manusia. Untuk itulah PB Jam’iyah Majelis zikir
memandang bahwa menyampaikan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH adalah obat bagi semua
penyakit ummat dewasa ini. Bila kalimah tersebut sudah tertanam dalam jantung
hati sanubari maka manusia akan menjalani kehidupan ini bukan dengan topeng
melainkan apa adanya (ikhlas) yang dilandasi oleh sifat berterima kasih telah
diberikan nikmat kehidupan (bersyukur) dan lapang dada menjalani semua bentuk
rintangan menegakkan aturan Islam (sabar). Oleh karena itu, dalam rangka
menta’zimkan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH PB Jam’iyah Majelis mengajak semua
elemen untuk bersama-sama berzikir dan berfikir mengatasi permasalahan diri
dengan bermunajat kepada Allah SWT dan bertawassul kepada para alim ulama pada
peringatan kelahiran seorang mulia Syekh Abdul Qodir Jilani Q.S.
kegiatan tersebut dilaksanakan setiap tahun, bertempat di Montong Razak desa Batunyala kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah. dipimpin oleh TGH. M. Hulaimi Umar. selain itu, kajian umum dan kajian tasawuf dilaksanakan setiap hari minggu di Masjid Baetal Makmur Montong Razak.
[1] Mustofa, Akhlak Tasawuf, h. 203.
[2] Ibid, h. 204.
[3] Al-Qur’an Q.S. Ali Imran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar