HMI sudah berumur 63 tahun terhitung sejak tahun
berdiririnya 1947. Keeksisannya masih sampai sekarang mewarnai pergolakan maju
mundurnya Negara Indonesia dengan semua kadernya yang berada di semua daerah
sabang sampai merauke. Peran serta kader-kader HMI membangun Negara yang adil
dan makmur tentu dimulai semenjak berdirinya sampai sekarang, pada era-era
sebelumnya dapat ditemukan dalam buku-buku sejarah pergerakan mahasiswa
bagaimana HMI ikut serta memperjuangkan kedaulatan bangsa. Pada orde lama HMI
ikut serta dalam perjuangan fisik melawan belanda yang berusaha mencoba kembali
memasuki Indonesia untuk menjajah. Demikian juga pada masa orde baru HMI pun
tidak ketinggalan serta bahkan menjadi pelopor penggerak mahasiswa lainnya
untuk ikut serta bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
ketika PKI sedang menyebarluaskan ajaran komunisnya dan mencoba menumbangkan
ideology pancasila dengan kekuatan fisik yang cukup membuat ketahanan Negara
tergoyahkan, tepatnya terjadi sekitar tahun 1966[1].
Banyak referensi yang bisa kita baca untuk dapat mengetahui bagaimana peran HMI
dalam mengawal keberlangsungan pembangunan. Namun saat ini jika tujuan kita
untuk bisa berperan lebih besar lagi daripada peran yang sudah diperankan
sebelumnya janganlah kita terlalu terlena dengan apa yang sudah diperankan oleh
HMI pada masa lalu. Lebih baik kita bertanya apa yang harus kita perankan saat
ini daripada menghabiskan waktu membicarakan sejarah masa lalu yang akan hanya
membuat kepala lebih besar dari badan. Biarlah sejarah tetap menjadi sejarah
yang berfungsi sebagai tolak ukur masa yang akan datang supaya kesalahan masa
lalu tidak terulang kembali, karena itulah kenapa Soekarno berpesan “jangan
melupakan sejarah” yang disingkatnya dengan “jas merah”.
Berangkat dari sejarah masa lalu tentang keberadaan HMI
sebagai salah satu entitas gerakan mahasiswa, HMI sudah dikatakan mempunyai
masa kejayaannya pada tahun 66, dimana HMI secara kuantitas maupun kualitas
sangat menonjol dan keberadaannya pun sangat diperhitungkan baik di kalangan
sesame mahasiswa, masyarakat dan pemerintah. Berbeda dengan keberadaan HMI
sekarang ini baik secara nasional maupun regional di masing-masing daerah belum
bisa mengalahkan peran HMI zaman dulu yang membuat nama HMI tidak asing lagi di
mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah.
Ada perbedaan zaman ketika kita berbicara perjuangan di
masa orde lama, orde baru, reformasi sampai sekarang ini. Pada masa-masa yang
telah lalu seperti tiga masa yang telah disebutkan itu terdapat tantangan yang
terlihat jelas dan nyata sehingga kita bisa melawannya dengan perlawanan yang
berbentuk fisik. Sedangkan sekarang segala bentuk kediktatoran tidak nampak
nyata, keberadaannya terselubung dan tidak mudah untuk diketahui. Oleh karena
itu, kader-kader HMI juga harus merubah mindset, sikap dan perilaku dalam
menghadapai tantangan abad keduapuluh satu ini. Bisa dikatakan bahwa tantangan
masa sekarang dan yang akan datang lebih berat daripada tantangan sebelumnya
jika berkaca dari masa-masa yang telah lewat dibanding saat ini. Semakin maju
dan berkembangnya pemikiran teknologi maka budaya dan adat terus menyesuaikan
hasil kreasi kejeniusan manusia. Mulai dari cara hidup (life style)
pribadi, keluarga, sampai bermasyarakat dan bernegara.
Mengkaji ulang makna ber-HMI
Telah terbiasa disebutkan dalam setiap penyampaian
materi mission HMI pada saat latihan kader 1 (basic training) bahwa terdapat
dua motivasi dasar didirikannya HMI yaitu pertama, menegakkan syar’iat Islam
dan mengembangkan ajarannya. Kedua, mempertahankan NKRI dan mempertinggi
harkat, martabat rakyat Indonesia.
Dengan motivasi dasar tersebut HMI masih tetap eksis
sampai hari ini dan mungkin sampai sejauh mana kesungguhan para kadernya
mewujudkan motivasi dasar HMI didirikan. Dalam pedoman perkaderan HMI
disebutkan:
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced
Learner's Dictionary) dikatakan bahwa "Cadre is a small group of People
who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre
is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new
commaiiist party". Jadi pengertian kader adalah "sekelompok orang
yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar". Hal
ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk
dalam organisasi, mengenal aturan‑aturan permainan organisasi dan tidak bermain
sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan‑aturan itu sendiri dari
segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai
perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai‑nilai ke‑Islam‑an yang membebaskan
(Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas
terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi
operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman
serta ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai
komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi
utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran.
Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang
punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang
lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat,
seorang Kader rnemiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika
sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social engineering".[2]
Untuk bisa dikatakan sebagai
kader HMI tidak mudah seperti menyebut kata ’kader’ atau seperti membalikkan
telapak tangan. Dari kata Himpunan – Mahasiswa – Islam saja tidak banyak yang
telah memenuhi pengertian dan makna kata tersebut dalam fraksisnya. Kata
Himpunan mempunyai makna berkumpul, sedangkan mahasiswa dituntut memiliki tiga
ciri yaitu calon pembaharu, calon cendekia, dan calon penyangga keberlangsungan
hidup masyarakat[3],
sedangkan Islam bermakna sikap pasrah kepada Allah yang total[4].
Jadi makna ber-HMI adalah untuk mendapatkan ke-islam-an dengan cara mengorganisasikan
diri untuk menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Agama Islam.
Kenapa berorganisasi untuk mendapatkan Islam?
Telah disebutkan dalam
Al-Qur’an bahwa kebanyakan manusia tidak mendengar dan tidak mengerti dengan
kehidupan ini, sampai manusia disamakan dan lebih direndahkan keberadaannya
daripada binatang[5].
Apalagi berorganisasi merupakan entitas dari kehidupan bermasyarakat, maka
dengan sendirinya include dalam makna kehidupan. Bila makna kehidupan adalah
ber-islam apalagi berorganisasi yang bagian dari kehidupan. Oleh karenanya HMI
mempunyai tiga pilar dalam setiap perkaderannya yang harus tetap menjadi nafas
dan tujuan yaitu iman, ilmu dan amal.
Jadi ber-HMI adalah bagian
dari kehidupan sebagai tempat untuk memperdalam iman, ilmu, dan amal. Dengan
iman yang kuat tidak compang camping kita akan dapat menjadi pribadi yang
mukmin, dengan ilmu yang tinggi kita dapat menembus cakrawala kehidupan dunia,
dan dengan amal yang bermanfaat untuk orang banyak kita mendapatkan
kebahagiaan.
[1] Hatta Taliwang, Jenderal Besar A. H. Nasution dan Perjuangan
Mahasiswa, LKIP, PT Dinda Bahtera Perdana Jakarta, h. 65
[2] Pedoman perkaderan, hasil-hasil kongres HMI XXIV Jakarta 23 – 27
Oktober 2003, h. 6
[3] Bagus takwin, article, Menjadi Mahasiswa, h. 5
[4] Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina,
Jakarta, 2008. H. 41
[5] Q.S Al-Furqon ayat 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar