Sabtu, 25 Mei 2013

Peran Kader HMI Dalam Memajukan Negara yang Adil dan Makmur Tantangan di Abad ke 21



HMI sudah berumur 63 tahun terhitung sejak tahun berdiririnya 1947. Keeksisannya masih sampai sekarang mewarnai pergolakan maju mundurnya Negara Indonesia dengan semua kadernya yang berada di semua daerah sabang sampai merauke. Peran serta kader-kader HMI membangun Negara yang adil dan makmur tentu dimulai semenjak berdirinya sampai sekarang, pada era-era sebelumnya dapat ditemukan dalam buku-buku sejarah pergerakan mahasiswa bagaimana HMI ikut serta memperjuangkan kedaulatan bangsa. Pada orde lama HMI ikut serta dalam perjuangan fisik melawan belanda yang berusaha mencoba kembali memasuki Indonesia untuk menjajah. Demikian juga pada masa orde baru HMI pun tidak ketinggalan serta bahkan menjadi pelopor penggerak mahasiswa lainnya untuk ikut serta bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) ketika PKI sedang menyebarluaskan ajaran komunisnya dan mencoba menumbangkan ideology pancasila dengan kekuatan fisik yang cukup membuat ketahanan Negara tergoyahkan, tepatnya terjadi sekitar tahun 1966[1].
Banyak referensi yang bisa kita baca  untuk dapat mengetahui bagaimana peran HMI dalam mengawal keberlangsungan pembangunan. Namun saat ini jika tujuan kita untuk bisa berperan lebih besar lagi daripada peran yang sudah diperankan sebelumnya janganlah kita terlalu terlena dengan apa yang sudah diperankan oleh HMI pada masa lalu. Lebih baik kita bertanya apa yang harus kita perankan saat ini daripada menghabiskan waktu membicarakan sejarah masa lalu yang akan hanya membuat kepala lebih besar dari badan. Biarlah sejarah tetap menjadi sejarah yang berfungsi sebagai tolak ukur masa yang akan datang supaya kesalahan masa lalu tidak terulang kembali, karena itulah kenapa Soekarno berpesan “jangan melupakan sejarah” yang disingkatnya dengan “jas merah”.
Berangkat dari sejarah masa lalu tentang keberadaan HMI sebagai salah satu entitas gerakan mahasiswa, HMI sudah dikatakan mempunyai masa kejayaannya pada tahun 66, dimana HMI secara kuantitas maupun kualitas sangat menonjol dan keberadaannya pun sangat diperhitungkan baik di kalangan sesame mahasiswa, masyarakat dan pemerintah. Berbeda dengan keberadaan HMI sekarang ini baik secara nasional maupun regional di masing-masing daerah belum bisa mengalahkan peran HMI zaman dulu yang membuat nama HMI tidak asing lagi di mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah.
Ada perbedaan zaman ketika kita berbicara perjuangan di masa orde lama, orde baru, reformasi sampai sekarang ini. Pada masa-masa yang telah lalu seperti tiga masa yang telah disebutkan itu terdapat tantangan yang terlihat jelas dan nyata sehingga kita bisa melawannya dengan perlawanan yang berbentuk fisik. Sedangkan sekarang segala bentuk kediktatoran tidak nampak nyata, keberadaannya terselubung dan tidak mudah untuk diketahui. Oleh karena itu, kader-kader HMI juga harus merubah mindset, sikap dan perilaku dalam menghadapai tantangan abad keduapuluh satu ini. Bisa dikatakan bahwa tantangan masa sekarang dan yang akan datang lebih berat daripada tantangan sebelumnya jika berkaca dari masa-masa yang telah lewat dibanding saat ini. Semakin maju dan berkembangnya pemikiran teknologi maka budaya dan adat terus menyesuaikan hasil kreasi kejeniusan manusia. Mulai dari cara hidup (life style) pribadi, keluarga, sampai bermasyarakat dan bernegara.
Mengkaji ulang makna ber-HMI
Telah terbiasa disebutkan dalam setiap penyampaian materi mission HMI pada saat latihan kader 1 (basic training) bahwa terdapat dua motivasi dasar didirikannya HMI yaitu pertama, menegakkan syar’iat Islam dan mengembangkan ajarannya. Kedua, mempertahankan NKRI dan mempertinggi harkat, martabat rakyat Indonesia.
Dengan motivasi dasar tersebut HMI masih tetap eksis sampai hari ini dan mungkin sampai sejauh mana kesungguhan para kadernya mewujudkan motivasi dasar HMI didirikan. Dalam pedoman perkaderan HMI disebutkan:
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner's Dictionary) dikatakan bahwa "Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new commaiiist party". Jadi pengertian kader adalah "sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Hal ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan‑aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan‑aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai‑nilai ke‑Islam‑an yang membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader rnemiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social engineering".[2]
Untuk bisa dikatakan sebagai kader HMI tidak mudah seperti menyebut kata ’kader’ atau seperti membalikkan telapak tangan. Dari kata Himpunan – Mahasiswa – Islam saja tidak banyak yang telah memenuhi pengertian dan makna kata tersebut dalam fraksisnya. Kata Himpunan mempunyai makna berkumpul, sedangkan mahasiswa dituntut memiliki tiga ciri yaitu calon pembaharu, calon cendekia, dan calon penyangga keberlangsungan hidup masyarakat[3], sedangkan Islam bermakna sikap pasrah kepada Allah yang total[4]. Jadi makna ber-HMI adalah untuk mendapatkan ke-islam-an dengan cara mengorganisasikan diri untuk menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Agama Islam.
Kenapa berorganisasi untuk mendapatkan Islam?
Telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa kebanyakan manusia tidak mendengar dan tidak mengerti dengan kehidupan ini, sampai manusia disamakan dan lebih direndahkan keberadaannya daripada binatang[5]. Apalagi berorganisasi merupakan entitas dari kehidupan bermasyarakat, maka dengan sendirinya include dalam makna kehidupan. Bila makna kehidupan adalah ber-islam apalagi berorganisasi yang bagian dari kehidupan. Oleh karenanya HMI mempunyai tiga pilar dalam setiap perkaderannya yang harus tetap menjadi nafas dan tujuan yaitu iman, ilmu dan amal.
Jadi ber-HMI adalah bagian dari kehidupan sebagai tempat untuk memperdalam iman, ilmu, dan amal. Dengan iman yang kuat tidak compang camping kita akan dapat menjadi pribadi yang mukmin, dengan ilmu yang tinggi kita dapat menembus cakrawala kehidupan dunia, dan dengan amal yang bermanfaat untuk orang banyak kita mendapatkan kebahagiaan.


[1] Hatta Taliwang, Jenderal Besar A. H. Nasution dan Perjuangan Mahasiswa, LKIP, PT Dinda Bahtera Perdana Jakarta, h. 65
[2] Pedoman perkaderan, hasil-hasil kongres HMI XXIV Jakarta 23 – 27 Oktober 2003, h. 6
[3] Bagus takwin, article, Menjadi Mahasiswa, h. 5
[4] Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2008. H. 41
[5] Q.S Al-Furqon ayat 44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar